Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2020

Antassalam, 'Andaikan', dan Camelia Malik

DI zamannya, radio Antassalam bukan hanya menjadi stasiun radio dangdut paling top di Kota Bandung, tetapi juga pernah menjadi stasiun radio dengan rating teratas di ibukota Jawa Barat ini. Mari kembali ke awal tahun 90-an. Jika Jakarta saat itu memiliki CBB , stasiun radio dangdut yang mengudara di frekwensi 107,55 MHz, maka Bandung mempunyai Antassalam , di frekwensi 106,5 MHz. Mengudara dari Jalan Purwakarta 200, Antapani, Bandung Timur, Antassalam dulunya bernama Fortune , yang berformat multisegmen. Setelah menyandang nama  Antassalam , format berubah menjadi radio dangdut. Daya pancar Antassalam terbilang lumayan kuat. Di Desa Sukarame, Sukanagara, Cianjur Selatan, yang jaraknya sekitar 112 kilometer dari Bandung, siaran Antassalam dapat diterima dengan jelas, layaknya stasiun radio lokal. Saban hari, lagu-lagu dangdut mengalun dari stasiun radio ini. Salah satu lagu dangdut yang kerap mengudara lewat Antassalam ketika itu adalah "Andaikan" dan "Perp...

Terlalu Indah Dilupakan

TEMPAT mungkin saja berubah, tapi kenangan yang menyertainya tetap abadi. Torehan kenangan bisa tercipta kapan saja dan di mana saja. Dimensi waktu maupun tempat kemudian menjadi saksi bagi kenangan yang tercipta. Kenangan manis romantis yang tertoreh tak jarang terus dikenang lantaran mungkin terlalu susah atau justru terlalu indah dilupakan. Ada kenangan yang tercipta saat kita sedang dalam sebuah perjalanan. Entah itu di atas bus antarkota, di dalam kereta atau juga di atas pesawat. Mungkin juga kenangan itu tercipta ketika kita sedang melintas di salah satu jalan di sebuah kota. Berpuluh tahun setelah momen kenangan kita alami, mungkin saja tempat-tempat yang pernah menjadi saksi sejarah kenangan itu telah berubah, bahkan tiada. Namun, meski tempat-tempat itu berubah, atau juga tiada, kenangannya sediri boleh jadi tetap abadi, lekat terpatri di hati sanubari. (jok)

Corona dan Kelelawar Sayapnya Hitam

VIRUS corona (Covid-19) disebut-sebut memiliki kaitan erat dengan kelelawar. Wabah virus corona menjalar ke mana-mana. Dari yang asalnya cuma melanda Wuhan, Tiongkok, kini nyaris merata merundung berbagai negara. Termasuk Indonesia. Kelelawar dicurigai sebagai penyebab corona. Temuan sejumlah peneliti menunjukkan bahwa virus pemicu COVID-19 sempat terlihat pada kelelawar tapal kuda yang ada di Tiongkok. Sementara itu, ada juga sebagian peneliti lain yang meyakini bahwa trenggiling adalah hewan utama yang berperan dalam penularan virus corona ke manusia. Sudah barang tentu, perlu penelitian lebih jauh untuk lebih memastikan hal ini. Dengan begitu, bisa didapat kesimpulan yang tegas ihwal hewan mana yang paling berperan dalam penularan virus corona. Kelayapan malam Dalam bahasa Sunda, kelelawar disebut kalong . Mereka yang sering kelayapan malam hingga dini hari atau pun suka begadang sampai dini hari sering dijuluki si Kalong. Terjaga sampai dini hari untuk melakukan sej...