Langsung ke konten utama

Jazz dan Pesan Perdamaian Wynton Marsalis (1)

BERLATIH keras dan lebih keras. Itulah kalimat yang selalu menempel di benak Wynton Marsalis, terompetis jazz papan atas yang telah menggondol berbagai penghargaan internasional sepanjang kiprahnya dalam dunia musik jazz.

Bagi pria yang memiliki nama lengkap Wynton Learson Marsalis ini, untuk menjadi musisi hebat, modal bakat saja tidak cukup. Dalam pandangannya, seseorang perlu mengasah bakatnya lewat latihan keras, bukan hanya seminggu, sebulan atau setahun, namun latihan keras bertahun-tahun. Pandangan Wynton tersebut, tentu saja, berdasar pada pengalaman nyata yang dihadapinya di mana ia mengabdikan diri sepenuhnya bagi musik, khususnya musik jazz dan musik klasik.

Betapa tidak. Meski sudah menjadi musisi kenamaan dalam balantika musik jazz, Wynton tetap serius berlatih. Setiap hari, rata-rata ia menyisihkan waktu sekira 3-4 jam untuk berlatih. Jika ada pertunjukan, porsi latihan tersebut durasinya ditambah. "Saya tidak akan tidur semalaman sebelum semua komposisi yang akan saya tampilkan dalam pertunjukan terkuasai dengan baik lewat latihan," katanya dalam sebuah kesempatan.


Bisa jadi pepatah buah apel jatuh tidak jauh dari pohonnya berlaku bagi Wynton Marsalis. Darah bermusik Wynton, yang lahir di New Orleans, 18 Oktober 1961, agaknya mengalir dari sang ayah, Ellis Marsalis, seorang pianis dan guru musik. Dengan demikian, Wynton memang dibesarkan dalam sebuah keluarga yang sangat akrab dengan musik. Tiga saudara kandung Wynton lainnya, yaitu Branford, Delfeayo dan Jason juga sama-sama menekuni dunia musik. Hanya saja, keempatnya menekuni instrumen yang berbeda. Jika Brandford menekuni saksofon, Delfeayo menekuni trombon serta Jason bergelut dengan drum, maka Wynton menjatuhkan pilihannya pada terompet.

Kecintaan Wynton terhadap terompet bermula tatkala ia diberi hadiah sebuah terompet oleh salah seorang teman ayahnya. Saat itu usianya belum genap enam tahun. Meski demikian, Wynton baru serius belajar memainkan instrumen yang konon merupakan salah satu instrumen yang paling sulit dikuasai ini pada usia duabelas tahun.

Di saat itulah, di sela-sela waktunya menyelesaikan sekolah menengahnya, Wynton mulai bergabung dengan sejumlah band musik jazz dan orkestra musik klasik lokal -- seperti New Orleans Symphony Brass Quintet, New Orleans Community Concert Band, New Orleans Youth Orchestra dan New Orleans Symphony. Saat masih duduk di sekolah menengah inilah, Wynton Marsalis sempat diundang untuk tampil bersama New Orleans Philharmonic. Bersambung... (jok)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Making Sustainable Fashion Become Reality

In the era of global boiling, where environmental awareness is becoming more important than before, we really need to create sustainable living conditions with a lower carbon footprint. Adopting sustainable fashion practices is one of the keys to achieving a sustainable livelihood on planet Earth. Truth to be told, almost all of our activities have negative impacts on the environment. Our daily activities and choices, from the food and drink we consume, the modes of transportation we use to the clothes we wear, leave carbon footprints which cumulative impact makes our Earth's temperature continue to increase. The bad news is that we are now no longer in the era of global warming. But, we have entered the era of global boiling. At least that's what we heard from the statement of the Secretary General of the United Nations [UN], Antonio Guterres, after several scientists confirmed that last July was the hottest month in the history of Earth's life. Speaking before the journa...

Peluang Mendulang Cuan Bersama IndiHome

IndiHome bukan saja telah membuat aktivitas kita jadi tanpa batas, tetapi juga telah memberi peluang bagi kita untuk mendulang cuan.  Lumpuh. Mungkin kata itulah yang paling tepat utuk melukiskan bagaimana segala aktivitas kehidupan kita dibuat berhenti total andai pandemi COVID terjadi pada 30-40 tahun silam. Beruntung COVID datang di saat internet telah mejadi bagian dari kehidupan kita. Meski diberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat demi mencegah penularan virus COVID, toh beragam aktivitas kita masih dapat kita lakukan dengan mudah. Sumber gambar: wifiindihome.web.id Selama pandemi COVID, boleh dibilang internet menjadi salah satu penyelamat roda kehidupan kita, bahkan peradaban kita. Dan ketika berbicara internet, mau tidak mau, kita harus menyinggung IndiHome, yang kini telah menjadi internetnya Indonesia. Berkat keberadaan IndiHome, yang memiliki tagline Aktivitas   tanpa Batas itu, kita masih bisa bekerja dari rumah dan menafkahi keluarga, kendati pandemi COVID...

Tugas Guru Abad 21

"Education is the key to success in life, and teachers make a lasting impact in the lives of their students." ( Solomon Ortiz ) KEMAMPUAN dasar berupa membaca, menulis dan berhitung kini dipandang tidak cukup sebagai bekal dalam menghadapi persoalan kehidupan yang semakin kompleks di era Revolusi Industri 4.0, yang ditandai dengan kian menguatnya penggunaan teknologi informasi dan komunikasi serta digitalisasi di nyaris semua bidang kehidupan.  Dewasa ini, individu dituntut memiliki kemampuan daya nalar tinggi. Proses pembelajaran di sekolah tidak boleh lagi cuma menekankan pada aspek hafalan ( memorizing ). Dengan demikian, berbagai pengetahuan yang diajarkan di sekolah tidak cukup hanya sebatas mampu diingat oleh para siswa, tetapi harus pula mampu diterapkan oleh para siswa dalam kehidupan nyata mereka. Pada saat yang sama, siswa juga perlu didorong untuk senantiasa berpikir kritis sehingga mereka mampu memutuskan apa yang harus mereka yakini dan lakukan (Norris & Enni...